Sabtu, 19 September 2009

Hilal

Hilal merupakan awal masuknya bulan baru pada kalender qomariyah (bulan), termasuk kalender Hijriah. Banyak kegiatan penting ke-Islam-an mengambil dasar posisi Bulan di langit, seperti Tahun Baru Hijriah, awal shaum Ramadhan, dan Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha. Dengan demikian dipandang penting untuk menyebarluaskan informasi awal bulan baru yang ditandai oleh tampakan hilal. (http://bosscha.itb.ac.id/hilal/

Seperti kacamata (ilmu pengetahuan) bagi orang berkacamata yang melihat hilal, ilmu astronomi (ilmu pengetahuan) dengan segala peralatan serta perangkat astronominya adalah tambahan mata bagi manusia yang diberikan Tuhan kepada manusia .

Jumat, 11 September 2009

Penciptaan manusia

Di kitab Al Quran ada menyebutkan bahwa asal kejadian manusia terdiri dari 7 (tujuh) macam kejadian.


Pertama : surat Ar Rahman, ayat 14

Yang dimaksud dengan kata “shal-shal” di ayat ini ialah : Tanah kering atau “setengah kering”, yakni “zat pembakar” ( Oksigen )

Kedua  : di ayat ini disebut juga kata “fachchar” yang dimaksud ialah “zat Arang” ( Carbonium )

Ketiga : surat Al Hijir, ayat 28

Diayat ini juga disebut juga “shal-shal”, seperti tersebut diatas. Sedangkan kata “hamaa-in” di ayat tersebut ialah “Zat lemas” ( Netrogenium )

Keempat : surat As Sajadah, ayat 7

Yang dimaksud dengan kata “thien” (tanah) di ayat ini adalah “atom zat air” ( Hydrogenium )

Kelima : surat As Shafaat, ayat 11

Yang dimaksud dengan kata “lazib” (tanah liat) di ayat ini ialah “Zat besi” ( ferrum )

Keenam : surat Ali Imran, ayat 58

Yang dimaksud dengan kata “turab” (tanah) diayat ini ialah “Unsur-unsur zat asli” yang terdapat di dalam tanah, yang dinamai “zat-zat anorganis”

Ketujuh : surat Al Hijir, ayat 29

Maka ruh pun ditiupkan.


Ketujuh ayat Al Quran ini menunjukkan tentang proses kejadiannya Nabi Adam sehingga berbentuk manusia, lalu ditiupkan kepadanya sehingga manusia bernyawa (bertubuh jasmani dan rohani).

Sebagaimana disebutkan pada ayat keenam tentang kata : “turab” (tanah) ialah zat-zat asli yang terdapat di dalam tanah yang dinamai “Zat arganamis”. Zat anorganis itu baru terjadi setelah melalui proses persenyawaan antara “fachchar” yakni : carbonium (zat arang) dengan “shal-shal” yakni oxygenium (zat pembakar) dan “hamaa-in” ialah “Nitrogenium” (zat lemas) dan “thien yakni : hydrogenium (zat air).


Jelasnya adalah persenyawaan antara :

  1. Fachchar (Carbonium = zat arang) dalam surat Ar Rahman, ayat 14

  2. Shalshal (Oxygenium = zat pembakar) dalam surat Ar Rahman, ayat 14

  3. Hamaa-in (Nitrogenium = zat lemas) dalam surat Al Hijir, ayat 28

  4. Thien (Hydrogenium = zat air) dalam surat As Sajadah, ayat 7

Kemudian bersenyawa dengan zat besi (Ferrum), Yodium, Kalium, Silicium dan Mangaan, yang disebut “laazib” (zat anorganis) dalam surat As Sahaffaat, ayat 11.

Dalam proses persenyawaan tersebut, lalu terbentuklah zat yang dinamai “Protein”. Inilah yang disebut “Thurab” (zat-zat anorganis) dalam surat Ali Imran, ayat 58. salah satu zat-zat anorganis yang terpandang penting ialah “Zat kalium”, yang terdapat didalam jaringan tubuh, teristimewa didalam otot-otot.

Zat kalium itu dipandang terpenting oleh karena mempunyai aktivitas dalam proses hayati, yakni dalam pembentukan badan halus.

Dengan berlangsungnya “Proteinisasi” menjelmakan “proses pergantian” yang disebut “substitusi”.

Setelah selesai mengalami subtitusi, lalu menggempurlah electron-electron sinar cosmis yang mewujudkan “sebab pembentukan (Formasi), dinamai juga “sebab ujud” (Causa Formatis).

Adapun sinar Cosmis ialah suatu sinar mempunyai kemampuan untuk merubah sifat-sifat zat yang berasal dari tanah. Maka dengan mudah sinar Cosmis dapat meujutkan pembentukan tubuh manusia (Adam) berupa badan kasar (jasmaniah), yang terdiri dari bahan, kepala, tangan mata, telinga, hidung dan seterusnya.

Sampai disinilah ilmu pengetahuan exact dapat menganalisa tentang pembentukan tubuh kasar (jasmaniah, jasmani manusia / Adam).

Sedangkan tentang rokhani (abstract werenchap) tentu dibutuhkan ilmu pengetahuan yang serba rukhaniah pula, yang sangat erat hubungannya dengan “Metaphissica”.


Sumber : KYAI HAJI BAHAUDIN MUDHARY (1921-1979), Dialog masalah ketuhanan Jesus ( Kiblat Centre )